WAYANG - WAYANG

Butho Rambut Geni

Buta Rambut Geni diciptakan pada zaman kerajaan Mataram tahun Jawa 1552 ini mempunyai ciri khusus, rambutnya berupa api, dahi nonong dan kakinya bertaji seperti ayam jantan. Bersama dengan rekan-rekannya, Buta Prepat muncul dalam perang kembang.

Buta Terong

Buta Cakil

Buta Galiyuk

Buta Kumbawa

Kelainan fisik Buta Terong adalah hidungnya yang menggantung seperti buah terong, badannya bungkuk dan perutnya buncit. Bersama Buta Prepat adalah asli ciptaan seniman nusantara yang tidak ada di India.

Buto Cakil adalah raksasa yang mudah dikenali dari fisiknya, yaitu dagunya yang panjang dengan giginya yang mencuat ke atas. Bersama dengan rekan-rekannya, Buta Rambut Geni, Buta Terong dan Bragalba menjadi kwartet Buta Prepat yang sekali kemunculannya muncul langsung mati. Kehadirannya sekedar meramaikan suasana, karena memang tidak masuk dalam cerita pakemnya. Dengan kerisnya (satu-satunya raksasa yang pakai keris), Buto Cakil berkelahi dengan tokoh ksatria bambangan (misal Arjuna) dalam perang kembang, untuk selanjutnya mati tertikam kerisnya sendiri.

Dadungawuk

Trisirah

Trikaya

Trinetra

Dadungawuk adalah anak buah Batara Gana atau Batara Ganesa. Pada Wayang Kulit Purwa Dadungawuk dilukiskan dalam bentuk raksasa yang sedang memegang cambuk. Ia merupakan raksasa balatentara Batari Durga du hutan Krendayana. Ia bertugas menggembalakan Andanu (kerbau) yang berjumlah 40 ekor milik Batari Durga yang semuanya berwarna hitam dan berkaki putih. Andanu pernah dipinjam oleh Pandawa untuk memeriahkan pawai perkawinan Sumbadra dan Arjuna.

Trisirah merupakan anak Prabu Dasamuka, Raja Alengka. Ia merupakan adik Indrajit. Ia tewas saat melawan balatentara dan senapati Swelagiri pimpinan Narpati Sugriwa di medan pertempuran sugriwa.

Trikaya adalah putra Prabu Dasamuka/Rahwana, raja negara Alengka dengan Dewi Wisandi adik Prabu Wisakarma dari Gowawindu. Ia bertempur dengan gagah berani menghadapi para senapati wanara. Namun akhirnya ia binasa oleh para senapati andel Swelagiri dibawah panglimanya, Narpati Sugriwa.

Trinetra adalah salah seorang anak Prabu Dasamuka yang lahir dari salah seorang selir. Sesuai namanya, Trinetra mempunyai tiga mata. Satu mata yang terletak dikening bila marah bisa memancarkan api yang bisa membinasakan musuhnya.

Trikecil

Susarma

Kisamuka

Burisrawa

 Susarma adalah raja Trigarta. Ia merupakan saudara dari Banowati, istri Duryudana, sehingga menjalin hubungan yang baik dengan para Kurawa dan Sengkuni. Maka dari itu, ia menjadi sekutu para Kurawa saat perang antara Kurawa melawan Pandawa berkecamuk.

Burisrawa adalah seorang tokoh wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang pangeran dari Kerajaan Bahlika, putra Somadata, dan akrab dengan Prabu Duryudana, Prabu Baladewa, dan Adipati Karna. Ia menjadi sekutu para Kurawa dalam perang Baratayuda. Ia gugur di tangan Satyaki, sekutu para Pandawa. Dalam pewayangan Jawa, tokoh Burisrawa disebut berasal dari Kerajaan Mandaraka.

Setyajit/ Satyajit

Setyaki

Curiganata

Arya Udawa

Prabu Setyajid adalah raja kerajaan Lesanpura. Ia memiliki nama lain yaitu Arya Ugrasena, dan memiliki permaisuri bernama Dewi Sini/Wresini, putri Prabu Sanaprabawa raja kerajaan Lesanpura. Ia memiliki dua orang putra bernama: Dewi Setyaboma dan Arya Setyaki.

Memiliki nama lain Arya Setyaki/Sencaki merupakan putra Prabu Setyajid/Ugrasena raja negara Lesanpura dengan Dewi Sini/Wresini. 

Setyaki rnempunyai pusaka berupa gada yang dibuat dari besi kuning pemberian Dewa.Ia memiliki sifat yang adil dan jujur, dan saat berbicara tegas yang mencerminkan ia seorang prajurit

Merupakan nama samaran Antasena pada waktu menjadi putut (pemelihara sanggar palanggatan atau bertugas memelibara dan melengkapi peralatan sesaji pemujaan). Antasena merupakan Putra bungsu Arya Bima/Werkodara dari kesatriyan Jodipati. Ibunya adalah Dewi Urangayu, Antasena tinggal bersama kakeknya dan ibunya di Kisijnarmada.

Dalam lakon carangan yang berjudul ”Randawidada “, ia menjadi putut bernama Curiganata di padepokan Randuwatang. Ia mempunyai harimau putih yang dibutuhkan  untuk persyaratan srahsrahan(jawa) perkawinan Bambang Irawan, Putra Arjuna dengan Dewi Ulupi, yang akan dipersandingkan dengan Dewi Sitisari/Dewi Titisari, putri Sri Kresna.

Arya Udawa konon adalah putra Arya Basudewa dengan Ken Sagopi/Sagupi. Arya Udawa mempunyai watak sangat setia, pendiam dan suka mengalah. Tetapi apabila ia tidak dapat mengatasi kejengkelannya, dengan sedih hati akan mengeluarkan air mata dan menangis untuk melepaskan perasaannya.

Ia memiliki isteri bernama Dewi Antiwati.  Pada waktu Baratayuda pecah, ia memimpin wadyabala/pasukan Dwarawati terjun di medan perang menghadapi Kurawa.

Kangsadewa (Merenges)

Prabu Janaka

Nakula

Sadewa (Sahadewa)

Kangsa adalah putra Prabu Gorawangsa dengan Dewi Maerah permaisuri Prabu Basudewa, raja Mandura. 

Kangsa mati ditangan Narayana dengan memegas leher Kangsa dengan senjata Cakra-nya sampai terpenggal
putus dan badannya terbelah dua oleh Kakrasana dengan senjata Nanggala-nya.

Prabu Janaka adalah raja negara Mantili, ayah Dewi Sinta. Ia mempunyai
busur/langkap pusaka kenegaraan yang dikeluarkan sebagai persyaratan
dalam sayembara lamaran/perebutan Dewi Sinta. 

Prabu Janaka adalah seorang raja yang sangat adil paramarta, bijaksana, berhati lurus dan bersih.

Nakula memiliki nama saat kecil yaitu Pinten dalam pewayangan Jawa (pinten adalah tumbuhan yang daunnya dapat digunakan sebagai obat).

Nakula merupakan Putra keempat dari putri Dewi Madrim dan Ayahnya bernama Prabu Pandudewanata, raja kerajaan Astina. Ia terlahir kembar dengan Sahadewa atau Sadewa. Ia mempunyai isteri bernama Dewi Suyati dan memiliki 2 anak yaitu: Pramusinta, dan Dewi Pramuwati. 

 

Memiliki nama kecil bernama tangsen, Ia diiahirkan kembar dengan Nakula/Pinten. Ayah bundanya adalah Prabu Pandudewanata dengan Dewi Madrim. putri Prabu
Madrapati, raja negara Madraka/Mandarmaka, adik Narasoma/Prabu Salya.

Bersama-sama dengan saudara kembamya, ia menjadi pengawal pribadi Yudistira. Ia sangat mahir dalam ilmu kasidan(jawa)/seorang mistikus. Ia memiliki isteri Dewi Srengginiwati dan memiliki putra bernama Widapaksa.

Setana

Setana

Batara Indra

Jaranan

Sanghyang Indra adalah putra Sanghyang Manikmaya dengan Dewi Umayi
yang ketiga/panggulu. Ia berkedudukan sebagai Dewa Kaindahan. Ia memiliki istri bernama Dewi Wiyati dan berputra 7 orang.

Batara/Sanghyang Indra mempunyai sifat perwatakan: pengasih, penyayang dan cinta kepada seni serta keindahan.

Batara Kamajaya

Hyang Anantaboga

Batara Sambu

Rampogan

Batara Kamajaya adalah putra Sanghyang Ismaya dengan Dewi Sanggani, putri Sanghyang Wenang yang ke IX. Ia mempunyai wajah yang sangat tampan. Permaisurinya bernama Dewi Ratih, putri Batara Soma dan mereka terkenal sangat rukun, tidak pernah berselisih, sangat setia satu sama lain, cinta mencintai, sehingga merupakan lambang kerukunnan suami isteri.

Anantaboga berkedudukan sebagai dewa dengan gelar Batara. Berwujud seekor
naga. Anantaboga mempunyai kahyangan di
Saptapratala, bumi lapis ketujuh.

Anantaboga sangat sakti, ia dapat beralih rupa menjadi manusia tingkah laku, tabiat, pembicaraan, lagak lagunya dan hatinya mencerminkan kependetaannya. Bila marah, ujung ekornya yang digerakkan, mengakibatkan gempabumi yang dahsyat, menggegerkan Arcapada dan Suralaya. 

Merupakan Putra sulung Sanghyang Manikmaya, raja Tribuwana dari permaisuri pertama: Dewi Umayi. Sambo/Sambu memiliki makna bahu/ambu, ia memiliki sifat bertangungjawab, jujur, cakap dan terpercaya.

Hyang Sambo pernah menjadi raja di negara Medangprawa dengan gelar Sri Maharaja Maldewa. Patihnya bernama Resi Acrakelasa.

Rampogan juga disebut Barisan dalam Bahasa Indonesia. Wayang Rampogan biasa tampil dalam susana atau plot cerita dalam sedang genting. Rampogan terdiri dari berbagai makhluk yang sifatnya massal, seperti kuda dan gajah, dan lain-lain.